Menjadi seorang suami berkewajiban mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Oleh karenanya, kerja keras menjadi makanan yang harus siap disantap. Tapi, tidak semua suami mempunyai potensi yang sama dalam menggapai sebuah rezeki. Dalam pekerjaan yang dijalani pun berbeda status, beda capeknya, beda pula hasilnya. Semua suami tentu merasa lelah dan letih menjalani pekerjaannya. Apapun pekerjaannya, mempunyai potensi untuk capek, bosan, dan mengakibatkan stress.
Dalam benak pikirannya hanya ada istri, belum dewasa dan orang renta yang harus dibahagikan. Bila kecil hasil yang didapat, kebahagian hasil kerjanya pun diberikan kepada yang paling prioritas. Oleh karenanya, janganlah seorang istri semakin memperlihatkan beban kepada suaminya. Menuntut harus mempunyai hasil yang besar, biar sanggup mebeli ini dan itu.
Hasil yang didapat sering menjadi ukuran penghargaan seorang istri kepada suaminya. Bila suaminya bergaji besar, girang senangnya bukan main. Tapi, jika suami bergaji kecil, mulutpun manyung dengan muka masam. Hasil yang kecil tersebut seolah tidak berharga dimatanya, lantaran tidak sanggup memenuhi keinginannya. Bila, seorang istri tidak bersyukur dan bersifat ibarat itu, maka seorang suami akan bertambahlah bebannya. Ia semakin stress dan menyalahkan kehidupan yang telah diberikan Tuhan. Hal tersebut, malah akan meredupkan potensi sebenarnya yang ada di dalam dirinya.
Seorang istri mau habis-habisan merepetin suami itu tidak akan merubah keadaaan. Apakah dengan melaksanakan hal tersebut, honor suami eksklusif naik? Ya mungkin naik! Tapi dari cara yang tidak halal. Seorang istri harus bisa melihat potensi yang ada pada diri suaminya, kemudian berikan motivasi. Suamipun akan menjadi semangat untuk mengais rezeki yang di telah disediakan oleh Tuhan.
Berikut ini ada sebuah kisah yang diambil oleh BacaNulis dari sosial media, mudah-mudahan bisa menjadi pandangan gres bagi seorang istri khususnya:
Ada seorang suami yang bukan bertitel sarjana, lantaran dulunya ia tidak lulus ujian memasuki universitas negeri. Karena tidak lagi mencari gelar akademik, maka orang tuanya pun menyarankan biar beliau menikah saja. Lalu Ia pun menikah.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, Ia melamar menjadi seorang guru di sebuah sekolah dasar. Namun, lantaran tidak mempunyai gelar kesarjanaan, sedangkan pendidikan terus menuntut biar guru-guru yang ada berbagi potensinya, salah satunya bergelar akademik perguruan tinggi. ia pun yang tidak mempunyai keahlian mengajar dan pengetahuan dalam mengajar, tidak hingga dua pekan sudah dikeluarkan dari sekolah.
Sepulangnya di rumah, istrinya menghapus air mata suaminya yang merasa mengecewakan keluarga. Istrinya pun menghiburnya dengan menyampaikan “banyak ilmu yang ada pada seseorang, ada yang bisa mengejentawahkannya, ada pula yang tidak bisa menuangkannya. Tidak perlu murung disebabkan lantaran dikeluarkan dari sekolah sebagai seorang guru. Mungkin ada pekerjaan yang lebih cocok, yang lebih sempurna sedang menanti di depan sana”.
Lalu, suami tersebut melamar dan melaksanakan pekerjaan lain, akan tetapi tidak usang kemudian, Ia pun di pecat dengan alasan kerjanya lambat. Sehingga apa yang ditargetkan oleh perusahaan tidak tercapai.
Ketika itu terjadi, istrinya mengucapkan “kelincahan tangan dan kaki setiap orang berbeda-beda. Orang lain sudah bekerja sekian tahun dan sudah banyak pengalaman. Sedangkan kau masih mencar ilmu dan butuh pengalaman, masuk akal saja jika kerjanya masih lambat”.
Ia pun mencari pekerjaan lain lagi, namun terus-terusan dengan hasil yang sama. Tidak ada satupun berhasil dan bisa di pertahankan, semua gagal di tengah jalan. Namun, setiap kali Ia kembali ke rumahnya. Sang istri selalu memperlihatkan senyuman terindahnya, kemudian menghiburnya dengan kata-kata motivasi yang memperabukan semangat. Hal tersebut, di tampakkan pula oleh istrinya dengan tidak pernah mengeluh kepada suaminya, dari apa yang dialami.
Suami yang sudah berulang kali gagal, umurpun telah beranjak 30 tahunan. Ia mengasah kemampuan talenta bahasanya, berkah pun bertahap mulai menghampirinya sebagai seorang pempimbing di sekolah luar biasa (SLB) tuna rungu wicara. Lalu, Ia memutuskan membuka sekolah siswa cacat dan berjalannya waktu jadinya bisa membuka toko alat-alat bantu orang cacat dengan banyak cabang toko di banyak sekali kota. Dengan perjuangan tersebut, Ia beserta keluarganya mempunyai kekayaan yang berlimpah.
Suatu saat, suami tersebut yang telah menjadi bos dan telah sukses besar, bertanya kepada istrinya “mengapa pada ketika masa depannya masih suram, engkau selalu tetap percaya kepadaku?”
Istrinya pun menjawab pertanyaan sang suami dengan berkata “sebidang tanah yang tidak cocok ditanami gandum, bisa dicoba ditanami dengan kacang. Jika kacang pun tidak bisa tumbuh dengan baik, coba tanami pula dengan buah-buahan. Jika buah-buahan pun tidak masih gagal tumbuh, semaikan dengan bibit gandum hitam, tentu akan bisa berbunga. Karena pada sebidang tanah, niscaya ada bibit yang cocok untuknya, tentu pula ada yang bisa menghasilkan panen darinya”.
Mendengarkan perkataan istrinya ibarat itu, sang suamipun menangi terharu. Keyakinan yang kuat, keikhlasan, ketabahan serta kasih sayang dari sang istri, bagaikan sebutir bibit unggul, yang telah menuai hasilnya.
Semua prestasi sang suami, merupakan berkah dari keajaiban hibrida yang kokoh hingga bertumbuh kembang jadi kenyataan. Pantas saja, banyak orang yang bilang “kesuksesan seorang suami, ada seorang istri yang hebat."
Di alam dunia ini, tidak ada seorang insan pun yang tidak mempunyai kegunaan alias sampah. Dia hanya tidak berada pada kawasan yang sempurna saja. Setiap insan telah diberikan Tuhan nafas untuk menjalani kehidupan. Tentulah Tuhan juga akan memperlihatkan kepada insan sebuah kemapuan untuk menjalani kehidupannya.
Dari kisah inspiratif di atas, sanggup diambil iktibarnya. Bagi seorang istri, selalu berikan motivasi (perkataan yang baik) kepada suaminya. Motivasi sangat ampuh memperabukan semangat suami dan membentuk pikiran positif terhadap apa yang sedang terjadi. Hilangnya rasa stress dan capek, itu bisa di sebabkan kata-kata motivasi yang tiba dari istrinya. Lalu apa yang akan terjadi? Tentu suamipun akan berusaha memperlihatkan yang terbaik dan berusaha memaksimalkan potensi yang ada, tanpa didasari sebuah tuntutan dari seorang istri. Selanjutnya, Tuhanpun akan membaikan rezeki mereka, setidak-tidaknya rezeki ketentraman dalam rumah tangga, lebih-lebih harta yang berkah serta berlimpah.
Dalam benak pikirannya hanya ada istri, belum dewasa dan orang renta yang harus dibahagikan. Bila kecil hasil yang didapat, kebahagian hasil kerjanya pun diberikan kepada yang paling prioritas. Oleh karenanya, janganlah seorang istri semakin memperlihatkan beban kepada suaminya. Menuntut harus mempunyai hasil yang besar, biar sanggup mebeli ini dan itu.
Hasil yang didapat sering menjadi ukuran penghargaan seorang istri kepada suaminya. Bila suaminya bergaji besar, girang senangnya bukan main. Tapi, jika suami bergaji kecil, mulutpun manyung dengan muka masam. Hasil yang kecil tersebut seolah tidak berharga dimatanya, lantaran tidak sanggup memenuhi keinginannya. Bila, seorang istri tidak bersyukur dan bersifat ibarat itu, maka seorang suami akan bertambahlah bebannya. Ia semakin stress dan menyalahkan kehidupan yang telah diberikan Tuhan. Hal tersebut, malah akan meredupkan potensi sebenarnya yang ada di dalam dirinya.
Seorang istri mau habis-habisan merepetin suami itu tidak akan merubah keadaaan. Apakah dengan melaksanakan hal tersebut, honor suami eksklusif naik? Ya mungkin naik! Tapi dari cara yang tidak halal. Seorang istri harus bisa melihat potensi yang ada pada diri suaminya, kemudian berikan motivasi. Suamipun akan menjadi semangat untuk mengais rezeki yang di telah disediakan oleh Tuhan.
Berikut ini ada sebuah kisah yang diambil oleh BacaNulis dari sosial media, mudah-mudahan bisa menjadi pandangan gres bagi seorang istri khususnya:
Ada seorang suami yang bukan bertitel sarjana, lantaran dulunya ia tidak lulus ujian memasuki universitas negeri. Karena tidak lagi mencari gelar akademik, maka orang tuanya pun menyarankan biar beliau menikah saja. Lalu Ia pun menikah.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, Ia melamar menjadi seorang guru di sebuah sekolah dasar. Namun, lantaran tidak mempunyai gelar kesarjanaan, sedangkan pendidikan terus menuntut biar guru-guru yang ada berbagi potensinya, salah satunya bergelar akademik perguruan tinggi. ia pun yang tidak mempunyai keahlian mengajar dan pengetahuan dalam mengajar, tidak hingga dua pekan sudah dikeluarkan dari sekolah.
Sepulangnya di rumah, istrinya menghapus air mata suaminya yang merasa mengecewakan keluarga. Istrinya pun menghiburnya dengan menyampaikan “banyak ilmu yang ada pada seseorang, ada yang bisa mengejentawahkannya, ada pula yang tidak bisa menuangkannya. Tidak perlu murung disebabkan lantaran dikeluarkan dari sekolah sebagai seorang guru. Mungkin ada pekerjaan yang lebih cocok, yang lebih sempurna sedang menanti di depan sana”.
Lalu, suami tersebut melamar dan melaksanakan pekerjaan lain, akan tetapi tidak usang kemudian, Ia pun di pecat dengan alasan kerjanya lambat. Sehingga apa yang ditargetkan oleh perusahaan tidak tercapai.
Ketika itu terjadi, istrinya mengucapkan “kelincahan tangan dan kaki setiap orang berbeda-beda. Orang lain sudah bekerja sekian tahun dan sudah banyak pengalaman. Sedangkan kau masih mencar ilmu dan butuh pengalaman, masuk akal saja jika kerjanya masih lambat”.
Ia pun mencari pekerjaan lain lagi, namun terus-terusan dengan hasil yang sama. Tidak ada satupun berhasil dan bisa di pertahankan, semua gagal di tengah jalan. Namun, setiap kali Ia kembali ke rumahnya. Sang istri selalu memperlihatkan senyuman terindahnya, kemudian menghiburnya dengan kata-kata motivasi yang memperabukan semangat. Hal tersebut, di tampakkan pula oleh istrinya dengan tidak pernah mengeluh kepada suaminya, dari apa yang dialami.
Suami yang sudah berulang kali gagal, umurpun telah beranjak 30 tahunan. Ia mengasah kemampuan talenta bahasanya, berkah pun bertahap mulai menghampirinya sebagai seorang pempimbing di sekolah luar biasa (SLB) tuna rungu wicara. Lalu, Ia memutuskan membuka sekolah siswa cacat dan berjalannya waktu jadinya bisa membuka toko alat-alat bantu orang cacat dengan banyak cabang toko di banyak sekali kota. Dengan perjuangan tersebut, Ia beserta keluarganya mempunyai kekayaan yang berlimpah.
Suatu saat, suami tersebut yang telah menjadi bos dan telah sukses besar, bertanya kepada istrinya “mengapa pada ketika masa depannya masih suram, engkau selalu tetap percaya kepadaku?”
Istrinya pun menjawab pertanyaan sang suami dengan berkata “sebidang tanah yang tidak cocok ditanami gandum, bisa dicoba ditanami dengan kacang. Jika kacang pun tidak bisa tumbuh dengan baik, coba tanami pula dengan buah-buahan. Jika buah-buahan pun tidak masih gagal tumbuh, semaikan dengan bibit gandum hitam, tentu akan bisa berbunga. Karena pada sebidang tanah, niscaya ada bibit yang cocok untuknya, tentu pula ada yang bisa menghasilkan panen darinya”.
Mendengarkan perkataan istrinya ibarat itu, sang suamipun menangi terharu. Keyakinan yang kuat, keikhlasan, ketabahan serta kasih sayang dari sang istri, bagaikan sebutir bibit unggul, yang telah menuai hasilnya.
Semua prestasi sang suami, merupakan berkah dari keajaiban hibrida yang kokoh hingga bertumbuh kembang jadi kenyataan. Pantas saja, banyak orang yang bilang “kesuksesan seorang suami, ada seorang istri yang hebat."
Di alam dunia ini, tidak ada seorang insan pun yang tidak mempunyai kegunaan alias sampah. Dia hanya tidak berada pada kawasan yang sempurna saja. Setiap insan telah diberikan Tuhan nafas untuk menjalani kehidupan. Tentulah Tuhan juga akan memperlihatkan kepada insan sebuah kemapuan untuk menjalani kehidupannya.
Dari kisah inspiratif di atas, sanggup diambil iktibarnya. Bagi seorang istri, selalu berikan motivasi (perkataan yang baik) kepada suaminya. Motivasi sangat ampuh memperabukan semangat suami dan membentuk pikiran positif terhadap apa yang sedang terjadi. Hilangnya rasa stress dan capek, itu bisa di sebabkan kata-kata motivasi yang tiba dari istrinya. Lalu apa yang akan terjadi? Tentu suamipun akan berusaha memperlihatkan yang terbaik dan berusaha memaksimalkan potensi yang ada, tanpa didasari sebuah tuntutan dari seorang istri. Selanjutnya, Tuhanpun akan membaikan rezeki mereka, setidak-tidaknya rezeki ketentraman dalam rumah tangga, lebih-lebih harta yang berkah serta berlimpah.
HALAMAN BERIKUTNYA:
0 comments
Posting Komentar